Jumat, 18 Desember 2009

KONSEP PENDIDIKAN INDONESIA MENURUT KI HADJAR DEWANTARA

Prinsip-prinsip dasar proses pembelajaran menurut Ki Hadjar Dewantoro bahwa dalam proses pembelajaran seorang pendidik hendaknya bisa:
         ING NGARSA SUNG TULADHA yang artinya: di depan, seseorang harus bisa memberi teladan atau contoh.
Dalam pengertian ini, bahwa proses pembelajaran contoh atau teladan menjadi kata kunci kesuksessan dalam pembelajaran. Pembelajaran di sekolah senantiasa terjadi proses imitasi atau proses peniruan dari contoh atau teladan, sehingga ketika pembelajaran berlangsung seorang pendidik harus menstrasfer pengetahuan tentang sesuatu yang dipelajari siswa dengan benar dan tepat. Selain itu siswa tidak hanya mempelajari mengenai pengetahuan saja melainkan belajar dengan lingkungannya seperti belajar mengenai pribadi pendidiknya. Oleh karena itu pendidik selain menguasai pengetahuan dia juga harus mempunyai pribadi yang dapat dicontoh.



         ING MADYA MANGUN KARSA yang artinya: ditengah – tengah atau diantara seseorang bisa menciptakan prakarsa dan ide.
Pada pengertian itu, seseorang dapat menciptakan prakarsa atau ide diantara orang lain). Dalam proses pembelajaran di sekolah, berarti seorang guru harus dapat menciptakan prakarsa dan ide para siswanya ketika mereka dalam proses pembelajaran. Sehingga kata kunci kesuksesan dalam pembelajaran adalah pendidik bisa membangkitkan  minat dan semangat belajar siswa , disini guru dituntut menjadi penggali minat dan pemompa semangat belajar anak .
Sehingga setiap anak mampu berfikir kritis dan belajar mandiri (Cara Belajar Siswa Aktif). Jadi guru sebetulnya tidak perlu banyak mengajar justru lebih perlu menggagas tentang beragam bintang prestasi yang perlu setiap siswa gapai.

         TUT WURI HANDAYANI yang artinya: dari belakang seorang pendidik harus bisa memberikan dorongan dan arahan.
Pada pengertian itu seseorang harus dapat mendorong orang yang dalam tangungjawabnya untuk mencapai tujuan secara berkelanjutan dalam pekerjaannya. Dalam proses pembelajaran, guru harus memberi dorongan kepada siswanya untuk selalu belajar dengan tuntas dan maju berkelanjutan. Sehingga kata kunci sukses dalam pembelajaran adalah belajar tuntas  dan berkelanjutan. 




Konsep Pembelajaran Ki Hadjar Dewantoro:
1.      Dalam belajar menerapkan teori TRIKON yaitu: Kontinyu, Konvergen dan Konsentris. Teori ini telah dipraktekkan sejak menuntut ilmu di Belanda. Ilmu pendidikan barat disaringnya dan yang bermanfaat dipakainya tetapi tetap berpijak pada akar budaya tanah air sehingga konsep tentang Pendidikan Nasional adalah Pendidikan yang berakar ke dalam budaya nusantara.
2.      Konsepsi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro bertujuan:
a. memanusiakan manusia dalam rangka memerdekakan manusia dalam lingkaran perbudakan
                        b. membentuk pribadi yang mandiri dengan 3 indikator:
                                    (1) mampu berdiri sendiri,
                                    (2) tidak bergantung pada orang lain,
                                    (3) dapat mengatur dirinya sendiri

3.     Konsep isi pendidikan secara umum harus relavan dengan garis hidup untuk mencerdaskan rakyat dan mengangkat martabat bangsa dalam rangka membangun kerja sama saling menguntungkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia .
        Untuk memperkuat dinamika pendidikan sebagai penguatan kebangsaan ,maka konsep pengembangan pendidikan harus senafas nilai-nilai budaya yang berkembang di masyarakat serta melibatkan unsur masyarakat dalam pengelolaanya , karena out put atau keluaran yang dihasilkanyapun harus menjadi pioner kebudayaan dan peradaban bangsa yang lebih besar.
       
        Sebagai transformasi budaya bahwa :
a.      Desain kurikulum dan bangunan pengembangan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari nafas kebudayaan yang terlahir.
b.      Produk pendidikan itupun harus mampu mengemban misi kebudayaan menuju peradaban yang lebih maju dari generasi sebelumnya

c.       Produk pendidikan harus diarahkan mewujudkan kesejahteraan  dan mengangkat derajad seseorang , Negara dan bangsa.

Hadirnya Ki Hadjar Dewantoro dengan Taman siswanya sebagai reaksi ketidakpuasan atas pelaksanaan proses pembelajaran  di sekolah-sekolah yang menitikberatkan pada pendekatan perintah, sangsi dan ketertiban semata dimana konten  kurikulumnya disatroni kaum imperialisme dengan muatan politis maka Ki Hajar Dewantoro memandang misi pendidikan tersebut tidak sesuai dan tidak senafas dengan nilai budaya masyarakat budaya timur, maka Taman siswa dengan pendekatan: MOMONG, AMONG dan NGEMONG  dengan sistem pendidikan yang senafas dengan nilai budaya lokal yang mengfungsikan pendidik tidak lagi sebagai komandan dengan tradisi bentak- membentak tetapi mengembalikan peran guru sebagai insan yang lembut untuk membimbing dan memimpin anak didik dalam pengembangan bakat dan potensi dirinya serta menemukan karakteristiknya.


Pendidikan Tamansiswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunatullah), Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat maing-masing individu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang). Dengan konsep tersebut diharapkan bisa membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang berbeda namun tujuan pendidikan Tamansiswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.






Konsep Konstruktivisme:

Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori belajar yang menekankan pada proses pembentukan pengetahuan pada anak didik seperti pada teori di bawah ini:

“Konstruktivisme sering dirumuskan dalam berbagai makna sebagai model pembelajaran behaviorisme. Psikologi perilaku mempunyai perhatian pada studi perubahan dalam perilaku nyata sebagai lawan dari perubahan mental. Belajar adalah sebagai proses perubahan atau kondisi perilaku yang teramati sebagai hasil dari reinforcement yang terseleksi dari respon secara individu terhadap iven-iven (stimulus) yang terjadi di dalam lingkungannya. Pikiran sebagai sesuatu yang kosong, kertas kosong yang nyata atau sebagai cermin yang merefleksikan kenyataan.
Pusat perilaku pada siswa adalah upaya untuk mengakumulasi pengetahuan tentang dunia dan alam sebagaimana adanya dengan usaha guru untuk memindahkan dunia sebagaimana adanya. Hal itu tergantung pada tranmisi, pendekatan pembelajaran yang sangat pasif tergantung pengarahan guru dan kontrol. Dalam beberapa konteks istilah behaviorisme digunakan sinonim dengan obyektivism karena bergantung pada sebuah  epistimologis objectivist

Menurut Teori ini maka konsep pembelajaran konstruktivisme  adalah suatu konsep pembelajaran yang:

1.         Menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri, suatu pandangan yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan proses dimana si belajar yang aktif membentuk (menkonstruk) sistem pemahaman dan pengertian melalui pengalaman dan interaksinya. Pandangan ini memandang bahwa si belajar yang aktif membentuk (mengkonstruk) pengetahuanya melalui pengasimilasian dan pengakomodasian informasi-informasi baru .



2.         Vont Glasersfeld dalam Bettencoart (1989) menyatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi bentukan) kita sendiri , jadi pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat tetapi merupakan  ciptaan manusia yang dikontruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus –menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru (Piaget, 1971).
            Bagi para kontruktivist, pengetahuan bukanlah tertentu dan deterministik, tetapi suatu proses menjadi tahu.
Konstruktivis menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri, maka mereka menolak kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain bahkan secara prinsipil, tidak mungkin mentransfer pengetahuan karena setiap orang membangun  pengetahuan pada dirinya.
           
3.  Pada teori ini pengaruhnya dalam proses pembelajaran adalah bahwa si pembelajar sudah mempunyai konsepsi mengenai konsep-konsep  sebelum mereka mengikuti pembelajaran  di sekolah. Sebelum si belajar mengikuti pembelajaran mekanika, mereka sudah banyak berpengalaman dengan peristiwa-peristiwa mekanika (benda yang jatuh, benda yang bergerak, gaya dan seterusnya).  Oleh karena itu, sebelumnya mereka telah mengembangkan banyak konsepsi (kecepatan, gaya) yang belum tetu sama dengan konsepsi fisikawan. Konsepsi inilah yang disebut dengan prakonsepsi.
            Ketika si belajar untuk pertama kali belajar fisika SMU sebelumnya dia sudah punya isi otak yang memungkinkannya




untuk belajar dari lingkunganya yang baru. Sibelajar tidak belajar secara pasif dengan menyerap stimulus (informasi) apa saja dari lingkunganya , tetapi otaknya sudah selektif dengan memilih informasi apa yang masuk dan mencari melalui hubungan antar unsur-unsur yang berlainan, karena struktur otak dari semula sudah mengatur lalu lintas informasi didalamnya dan lalu lintas informasi dengan dunia luar . Struktur itupun tidak bersifat tetap , melainkan akan berkembang sesuai dengan pengalaman dan umurnya.
            Apapun yang dikatakan seorang si belajar dalam menjawab suatu persoalan fisika itu merupakan jawaban yang masuk diakalnya pada saat itu . Kesalahanpun perlu ditanggapi dengan serius apapun bentuk kesalahan yang diperbuat , jangan pernah mengandaikan bahwa cara berfikir mereka sederhana atau jelas. Pembelajar justru perlu belajar mengerti cara berfikir mereka sehingga dapat membantu bagaimana memodifikasikan pikiran itu kearah yang benar . Seorang pembelajar konstruktivistik tidak akan pernah mengklaim bahwa ini satu-satunya yang benar tetapi ia akan berkata bahwa ini adalah jalan yang terbaik untuk situasi ini atau ini adalah jalan yang terefektif untuk soal ini.
            Pembelajar konstruktivistik akan membiarkan sibelajar untuk menemukan cara-cara yang paling menyenangkan dalam memecahkan suatu persoalan. Sibelajar kadang-kadang suka mengambil jalan yang tidak disangka-sangka atau tidak secara konvensional dalam memecahkan suatu persoalan .

4.         Filsafat konstruktivisme menjadi landasan bagi banyak strategi pembelajaran , terutama yang dikenal dengan nama student –centered learning belajar yang berorientasi pada sibelajar atau mengutamakan keaktifan sibelajar dalam menkonstruksikan pengetahuan berdasarkan interaksinya dalam pengalaman

belajar yang diperoleh. Peran guru (pembelajar) sebagai fasilitator dan atau bersama-sama sibelajar juga terlibat dalam proses belajar, proses konstruksi pengetahuan. Beberapa strategi pembelajaran konstruktivisme adalah belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learning dan model pembelajaran kognitif antara lain problem based learning dan cognitive strategis.

    5.     Prinsip –prinsip yang diambil dalam paham konstruktivisme adalah :
a. Pengetahuan dibangun oleh sibelajar sendiri baik secara personal maupun sosial.

b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kepada sibelajar, kecuali hanya dengan keaktifan sibelajar itu sendiri untuk menalar.

c. Sibelajar aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta situasi dengan konsep ilmiah.

d.  Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi sibelajar berjalan mulus.

e. Otak diibaratkan sebagai prosesor komputer yang selalu memproses informasi. Pengajaran yang efektif adalah apabila menggunakan berbagai strategi pembelajaran.

f. Pembelajaran melibatkan keseluruhan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Guru tidak boleh hanya bertumpu kepada kemampuan intelek saja.

g. Usaha untuk mencari (membangun) makna bersifat kontinu. Pengajaran efektif harus menyadari bahwa pengertian (konstruksi makna) bagi seseorang adalah personil dan unik, pemahaman si belajar bergantung kepada pengalaman uniknya.

h. Emosi adalah cerminan dari adanya perbedaan . pembelajaran dipengaruhi oleh emosi dan sikap.

i. Otak memproses semua informasi yang masuk, baik yang sederhana maupan yang kompleks secara serentak. Dalam membangun makna dilakukan dengan cara mempelajari hal yang sifatnya sederhana sampai ke hak yang sifatnya kompleks.

j. Pembelajaran melibatkan perhatian yang terfokus pada bagaimana membangun persepsi (makna) dan hal ini dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya.

k. Pembelajaran merupakan proses dimana sibelajar membutuhkan waktu untuk memproses apa dan bagaimana isi pembelajaran.

l. Sekurang-kurangnya terdapat dua jenis ingatan yaitu sistem ingatan ruang (spartial) dan sistem ingatan untuk pembelajaran yang mengutamakan hafalan dapat menghambat pemahaman sibelajar.

m. Sibelajar akan dapat membangun makna dengan baik apabila sibelajar dapat menemukan fakta dan mampu menjelaskannya. Pembelajaran eksperimen adalah paling efektif.

n.  Pembelajaran yang disuguhkan dengan ancaman, hukuman tidak menguntungkan untuk terjadinya proses konstruksi makna (pengetahuan).

o. Setiap orang memiliki proses kontruksi makna yang unik. Pembelajaran sebaiknya disesuaikan dengan keunikan sibelajar agar sibelajar dapat menyatakan kecenderungannya masing-masing.
           
   
Persamaan konsep pendidikan antara Ki Hadjar Dewantoro dengan Konstruktivisme antara lain dalam hal:

1.         Keduanya sama-sama menekankan bahwa titik berat proses belajar mengajar terletak pada siswa, pegajar berperan sebagai fasilitator atau instruktur yang membantu murid mengkonstruksi. Konseptualisasi dan solusi dari masalah yang dihadapi. Keduanya berpendapat bahwa pembelajaran yang optimal adalah pembelajaran yang berpusat pada murid ( Student Center learning)
Kesamaan ini bukan suatu kebetulan . Konstruktivisme yang sudah besar pengaruhnya sejak periode 1930 – 1940 an di Amerika. Dasar pertama yang dari pendekatan konstruktivisme dalam pendidikan adalah teori konvergensi yang menyatakan bahwa pengetahuan manusia merupakan hasil interaksi dari faktor bawaan (nature) dan faktor pengasuhan (nurture). Dalam tulisan Ki Hadjar Dewantoro yang berjudul “Tentang Dasar dan Ajar “ Ki Hadjar Dewantoro mendukung dengan teori konvergensi, menurutnya baik dasar (faktor bawaan) maupun Ajar (pendidikan) berperan dalam pembentukan watak seseorang.

2.         Pandangan konstruktivisme tentang pendidikan sejalan dengan pandangan Ki Hadjar Dewantoro yang menekankan pentingnya  siswa menyadari alasan dan tujuan ia belajar. Baginya perlu dihindari pendidikan yang hanya menghasilkan orang yang sekedar menurut dan melakukan perintah . Ki hadjar mengartikan bahwa mendidik adalah sebagai : “ Berdaya upaya dengan sengaja untuk memajukan hidup tumbuhnya budi pekerti  (rasa, fikiran, dan roh) dan badan anak dengan jalan pengajaran , teladan dan pembiasaan....” menurutnya jangan pernah ada perintah dan paksaan dalam pendidikan . Pendidik adalah orang yang mengajar, memberi teladan dan membiasakan anak didik untuk menjadi manusia mandiri dan berperan dalam memajukan kehidupam masyarakatnya,jika ada ganjaran atau hukuman maka ganjaran dan hukuman tersebut harus datang sendiri sebagai hasil atau buahnya segala pekerjaan dan keadaan .

Hal ini juga sejalan dengan teori perkembangan dari tokoh Psikologi kognitif (Jean Piaget 1954) bahwa anak mengkonstruksi sendiri pengetahuanya melalui pengalaman bertemu dengan obyek-obyek  di lingkungan. Anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konskuensi dari tindakan-tindakanya, Teori Piaget merupakan salah satu dasar dari konstruktifisme.  Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara pemikiran Ki Hadjar Dewantoro dengan paham Konstruktivisme.

3.          Ki Hadjar dan Konstruktivisme sama-sama memandang pengajar sebagai mitra para siswa untuk menemukan pengetahuan . Mengajar bukan sekedar memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa melainkan kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuanya . Kegiatan mengajar di sini adalah sebuah partisipasi dalam proses belajar . Pengajar ikut aktif bersama siswa dalam membentuk pengetahuan , mencipta makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan memberikan penilaian-penilaian terhadap berbagai hal. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu siswa untuk berfikir secara kritis, sistematis dan logis dengan membiarkan mereka berfikir sendiri.

4.         Sejalan dengan konstruktivisme Ki Hadjar memiliki semboyan Tut Wuri Handayani , menempatkan pendidik sebagai orang yang berada di belakang siswa , membimbing dan mendorong untuk belajar, memberi teladan, serta membantu siswa membiasakan dirinya untuk menampilkan perilaku yang bermakna dan berguna bagi masyarakatnya .
 Keterlibatan pendidik dengan siswa pada saat-saat siswa sedang berjuang menemukan berbagai pengetahuan sangat diperlukan untuk menumbuhkan rasa percaya siswa baik pada dirinya sendiri maupun pada pengajar.




Pengajar harus memiliki fleksibilitas pikiran yang tinggi agar dapat memahami dan menghargai pemikiran siswa karena seringkali siswa menampilkan pendapat yang berbeda bahkan bertentangan dengan pemikiran pengajar . Apa yang dikatakan oleh murid dalam menjawab sebuah pertanyaan adalah masuk akal bagi mereka saat itu , jika jawaban jauh bertentangan dengan prinsip-prinsip keilmuan atau membahayakan , maka pendidik harus hati-hati dalam memberi pengarahan . Jangan sampai pengarahan yang diberikan menghilangkan rasa ingin tahu siswa yang menimbulkan konflik antara pendidik dengan siswa.

Daftar Pustaka
1.         Judul               : Konstruktivisme dalam Pemikiran
Penulis                        : Bagus takwin
2.         Judul               : Sistem Among Mendidik Sikap Merdeka Lahir Batin
            Penulis                        : Ki Priyo Dwiarso
3.         Judul               : RM Suwardi Suryoningrat Bangsawan yang menjadi
 Bapak Bangsa/htm 22/9/2008.
Penulis                        : Jend.Ki Tyasno Sudarto
4.         Judul               : Akhlak Guru menurut Ki Hadjar Dewantoro
            Alamat                        : http://sman7malang.wordpress.com/Akhlak Guru menurut
 Ki Hadjar Dewantoro /htm 19/9/2008
            Penulis                        :Anonim SMAN7malang
5.         Judul               : Constructivist learning Theori
            Alamat                        : http://www.cdli.ca/~elmurphy/elmurphy/cle2b.html
            Penulis                        : Elizabeth Murphy, 1997
6.         Judul               : Ringkasan Eksekutif  Pengenalan pada teori 
                                      Konstruktivisme                  
Penulis            : Anonim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar