Cinta adalah kata kunci atas kehidupan. Kehidupan tanpa adanya cinta adalah
hampa –tanpa makna. Betapa banyak orang-orang yang lemah menjadi begitu kuat
dan perkasa, disebab karena cinta. Pun demikian sebaliknya, betapa banyak orang
yang kuat nan perkasa menjadi lemah dan tak berdaya, karena cinta pula.
Cinta merupakan sesuatu yang sangat abstrak, namun bisa merubah dan
mengantarkan segala sesuatunya menjadi nampak konkret, begitu nyata dan dekat.
Wahai saudaraku, apakah engkau mengenal cinta? Seberapa akrabkah engkau
mengenalnya? Sejauh mana engkau memahami serta mengenal seluk beluknya?
Aktivis adalah sosok yang penuh nilai idealisme tanpa harus menjadi
sempurna. Aktivis adalah orang yang halus perasaannya, lembut hatinya, namun
tegas dalam ucapan dan tindakannya. Ia adalah sosok orang yang kuat dan kokoh
mentalnya, meskipun usianya tidak lagi muda. Ia mampu menjadi sosok seorang
sahabat takkala resah, dan gundah. Menjadi sosok teladan yang menjadi inspirasi
dalam bertindak. Menjadi sosok yang mampu mengingatkan dikala futur.
Seorang aktivis bukan hanya seseorang yang menjadi dai’ (penyeru) mudarris
(pengajar), muwajjih (pemberi
nasehat), ataupun menjadi qadi
(tempat bertanya atau rujukan), serta bukan pula hanya sekedar menjadi qiyadah (pemimpin) dalam liqa’at manhaj tarbiyyah (lingkaran
ta’lim jalan tarbiyyah). Aktivis merupakan orang yang tidak sekedar
memberitahu, tetapi membimbing, bukan sekedar mengarahkan tetapi juga
mengingatkan takala dirinya dan saudaranya dalam keadaan alpa dan futur.
Setiap orang, pada hakekatnya merupakan seorang aktivis. Sebagaimana
seseorang pada hakekatnya juga merupakan seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi ini. Seseorang bisa menjadi aktivis
bagi dirinya, bagi keluarganya, bagi masyarakat dan umat di sekelilingnya.
Apakah engkau sudah menjadi aktivis wahai saudaraku? Menjadi aktivis yang
baik dan ideal? Menjadi pelita dalam gulita? Menjadi cermin yang memantulkan
cahaya? Engkaulah Sang Aktivis itu...Sebab engkau merupakan pemilik jiwa yang
tenang itu...
Wahai Saudaraku...
Jadilah engkau seperti burung yang terbang sendirian. Ia makan buah-buahan dari pucuk pohon-pohon kayu dan minum dari air yang
bersih. Apabila malam telah datang ia mencari tempat kepada sebuah gua di
antara gua-gua yang banyak untuk berlindung kepada Sang Pemilik Jiwa dan
menjauhkan diri dari orang yang durhaka kepada-Nya.
Wahai Saudaraku...
Engkaulah Sang Aktivis itu...
Engkau adalah pemilik hati yang lembut, orang yang senantiasa berdoa untuk
kebaikan dirimu, dan saudaramu. Engkau berdoa sebagaimana doa dalam sebuah
kisah...
”Ya, Musa, Aku telah
berjanji atas diri-Ku sendiri, bahwa Aku
tidak akan menyempurnakan pekerjaan bagi pengatur (perencana) selain dari Aku.”
”Ya Musa, Aku akan
patahkan angan-angan orang yang berangan-angan salin dari-Ku. Aku akan
celakakan punggung orang yang bersandar kepada yang lain dari-Ku. Aku lamakan
kesepiannya orang yang mencari teman selain dari-Ku, dan aku pasti berpaling
dari orang yang mencintai kekasih salain dari-Ku.”
”Ya Musa, bagi-Ku
ada hamba-hamba yang jika mereka berbisik dengan-Ku (dzikir, do’a, shalat,
pen.), Aku hadapkan perhatian kepada mereka, dan jika mereka menghadap
kepada-Ku. Aku mendekat kepada mereka, dan jika mereka mendekat kepada-Ku. Aku
mendekat kepada mereka, dan jika mereka mendekat kepada-Ku. Aku jaga mereka
itu, jika mereka menjaga- Ku (agama-Nya). Jika mereka menyucikan-Ku, Aku pun
memyucikan mereka dan jika mereka beramal karena-Ku, Aku balasi mereka dengan
pahala; mereka berada dalam lindungan-Ku dan mereka bangga dengan-Ku. Akulah
yang mengatur urusan mereka, mengendalikan hati-hati mereka, dan Akulah yang
menguasai keadaan-keadaan mereka. Aku tidak menjadikan hati mereka tenang
tenteram pada sesuatu, melainkan dalam dzikir mengingat-Ku. Dzikir pada-Ku itu
merupakan obat penyembuh penyakit rohani mereka, menjadi sinar bagi hati
mereka. Mereka tidak akan mencari teman kecuali dengan Aku; tidak berhenti
keresahan hati mereka kecuali dengan-Ku, dan tidaklah mantap ketetapan tempat
tinggal mereka itu, melainkan kepada-Ku juga.” (Al-Futuhatul Makkiyah jilid IV halaman 530).
Saudaraku...
Biarkan aku memahaminya sendiri...
Jangan kau paksa aku membaca risalah ini, karena paksaanmu bisa jadi adalah
salah satu pintu dari seribu satu pintu gerbang menuju kecewaan yang engkau
buka lebar untukku. Aku ingin memahaminya sendiri!
Biarkan aku memahaminya sendiri...
Jangan kau harap, aku memahami kata demi kata dalam kalimat ini karena
harapanmu bisa jadi, adalah awal dari kebencian yang engkau tiupkan tanpa
sengaja di dalam dada ini.
Jadi...
Biarkan aku mengapresiasi sendiri apa yang ada dalam risalahmu ini, karena
bisa jadi dari banyak hal yang tak kuketahui dan kupahami menjadi jendela yang
dibuka lebar oleh-Nya, untuk memahami dirimu dan diri-Nya.
Jika takdir mempertemukanku dengan kebaikan-kebaikan tak akan putus mata
rantai cinta diantara kita.
Semoga keindahan tak perlu lagi dinamai.
Semoga dakwah suci tak lagi ternodai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar