Minggu, 04 Mei 2014

Biarkan Aku Memahaminya Sendiri…



Cinta adalah kata kunci atas kehidupan. Kehidupan tanpa adanya cinta adalah hampa –tanpa makna. Betapa banyak orang-orang yang lemah menjadi begitu kuat dan perkasa, disebab karena cinta. Pun demikian sebaliknya, betapa banyak orang yang kuat nan perkasa menjadi lemah dan tak berdaya, karena cinta pula. 

Cinta merupakan sesuatu yang sangat abstrak, namun bisa merubah dan mengantarkan segala sesuatunya menjadi nampak konkret, begitu nyata dan dekat. Wahai saudaraku, apakah engkau mengenal cinta? Seberapa akrabkah engkau mengenalnya? Sejauh mana engkau memahami serta mengenal seluk beluknya?
Aktivis adalah sosok yang penuh nilai idealisme tanpa harus menjadi sempurna. Aktivis adalah orang yang halus perasaannya, lembut hatinya, namun tegas dalam ucapan dan tindakannya. Ia adalah sosok orang yang kuat dan kokoh mentalnya, meskipun usianya tidak lagi muda. Ia mampu menjadi sosok seorang sahabat takkala resah, dan gundah. Menjadi sosok teladan yang menjadi inspirasi dalam bertindak. Menjadi sosok yang mampu mengingatkan dikala futur.
Seorang aktivis bukan hanya seseorang yang menjadi dai’ (penyeru) mudarris (pengajar), muwajjih (pemberi nasehat), ataupun menjadi qadi (tempat bertanya atau rujukan), serta bukan pula hanya sekedar menjadi qiyadah (pemimpin) dalam liqa’at manhaj tarbiyyah (lingkaran ta’lim jalan tarbiyyah). Aktivis merupakan orang yang tidak sekedar memberitahu, tetapi membimbing, bukan sekedar mengarahkan tetapi juga mengingatkan takala dirinya dan saudaranya dalam keadaan alpa dan futur.
Setiap orang, pada hakekatnya merupakan seorang aktivis. Sebagaimana seseorang pada hakekatnya juga merupakan seorang khalifah (pemimpin) di muka bumi ini. Seseorang bisa menjadi aktivis bagi dirinya, bagi keluarganya, bagi masyarakat dan umat di sekelilingnya.
Apakah engkau sudah menjadi aktivis wahai saudaraku? Menjadi aktivis yang baik dan ideal? Menjadi pelita dalam gulita? Menjadi cermin yang memantulkan cahaya? Engkaulah Sang Aktivis itu...Sebab engkau merupakan pemilik jiwa yang tenang itu...
Wahai Saudaraku...
Jadilah engkau seperti burung yang terbang sendirian. Ia makan buah-buahan dari pucuk pohon-pohon kayu dan minum dari air yang bersih. Apabila malam telah datang ia mencari tempat kepada sebuah gua di antara gua-gua yang banyak untuk berlindung kepada Sang Pemilik Jiwa dan menjauhkan diri dari orang yang durhaka kepada-Nya.
Wahai Saudaraku...
Engkaulah Sang Aktivis itu...
Engkau adalah pemilik hati yang lembut, orang yang senantiasa berdoa untuk kebaikan dirimu, dan saudaramu. Engkau berdoa sebagaimana doa dalam sebuah kisah...
”Ya, Musa, Aku telah berjanji atas diri-Ku  sendiri, bahwa Aku tidak akan menyempurnakan pekerjaan bagi pengatur (perencana) selain dari Aku.”
”Ya Musa, Aku akan patahkan angan-angan orang yang berangan-angan salin dari-Ku. Aku akan celakakan punggung orang yang bersandar kepada yang lain dari-Ku. Aku lamakan kesepiannya orang yang mencari teman selain dari-Ku, dan aku pasti berpaling dari orang yang mencintai kekasih salain dari-Ku.”
”Ya Musa, bagi-Ku ada hamba-hamba yang jika mereka berbisik dengan-Ku (dzikir, do’a, shalat, pen.), Aku hadapkan perhatian kepada mereka, dan jika mereka menghadap kepada-Ku. Aku mendekat kepada mereka, dan jika mereka mendekat kepada-Ku. Aku mendekat kepada mereka, dan jika mereka mendekat kepada-Ku. Aku jaga mereka itu, jika mereka menjaga- Ku (agama-Nya). Jika mereka menyucikan-Ku, Aku pun memyucikan mereka dan jika mereka beramal karena-Ku, Aku balasi mereka dengan pahala; mereka berada dalam lindungan-Ku dan mereka bangga dengan-Ku. Akulah yang mengatur urusan mereka, mengendalikan hati-hati mereka, dan Akulah yang menguasai keadaan-keadaan mereka. Aku tidak menjadikan hati mereka tenang tenteram pada sesuatu, melainkan dalam dzikir mengingat-Ku. Dzikir pada-Ku itu merupakan obat penyembuh penyakit rohani mereka, menjadi sinar bagi hati mereka. Mereka tidak akan mencari teman kecuali dengan Aku; tidak berhenti keresahan hati mereka kecuali dengan-Ku, dan tidaklah mantap ketetapan tempat tinggal mereka itu, melainkan kepada-Ku juga.” (Al-Futuhatul Makkiyah jilid IV halaman 530).  
Saudaraku...
Biarkan aku memahaminya sendiri...
Jangan kau paksa aku membaca risalah ini, karena paksaanmu bisa jadi adalah salah satu pintu dari seribu satu pintu gerbang menuju kecewaan yang engkau buka lebar untukku. Aku ingin memahaminya sendiri!
Biarkan aku memahaminya sendiri...
Jangan kau harap, aku memahami kata demi kata dalam kalimat ini karena harapanmu bisa jadi, adalah awal dari kebencian yang engkau tiupkan tanpa sengaja di dalam dada ini.
Jadi...
Biarkan aku mengapresiasi sendiri apa yang ada dalam risalahmu ini, karena bisa jadi dari banyak hal yang tak kuketahui dan kupahami menjadi jendela yang dibuka lebar oleh-Nya, untuk memahami dirimu dan diri-Nya.
Jika takdir mempertemukanku dengan kebaikan-kebaikan tak akan putus mata rantai cinta diantara kita.
Semoga keindahan tak perlu lagi dinamai.
Semoga dakwah suci tak lagi ternodai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar