Minggu, 04 Mei 2014

Wahai Engkau di Sana...



Teruntuk Para Aktivis Dakwah…

Dakwah berdiri di atas akidah yang kokoh...
Dakwah tegak bersama ibadah yang benar...
Dakwah lembut di atas ilmu yang shahih...
Dakwah kokoh di dalam niat yang ikhlas...
Dakwah berakar pada iltizam yang kuat...

Dakwah adalah proyek besar membangun peradaban umat....
Dakwah adalah jalan yang sukar dan terjal...
Dakwah adalah jalan yang sangat panjang...
Dakwah adalah yang penuh dengan cobaan dan ujian...

Dakwah bukan jalan yang ditaburi bunga dan kesturi...

Dakwah butuh komitmen yang kuat dari pengembannya...
Dakwah butuh kemurahan hati dari pembawanya...
Dakwah butuh pengorbanan yang tulus dan suci...
Dakwah butuh optimisme tanpa putus asa dan harapan....
Dakwah butuh pengorbanan dan kesungguhan...
Dakwah butuh kesabaran dan keistiqomahan...

Teruntuk Para Pejuang...

Sudah teguhkah azzam yang engkau pancang?
Sudah benarkah perjuanganmu karena Allah?

Mundurlah, dan luruskan kembali niatmu...

Jika nafsu masih merajaimu...
Jika kilauan permata masih menyilaukanmu...
Jika kesenangan dunia masih melenakanmu...
Jika syaithan masih bersarang di dadamu...
Jika iri dengki masih menjadi teman setiamu.
Jika kenikmatan semu masih membuaimu
Jika kebencian masih gelap menutup mata batinmu...

Percayalah, semua itu adalah keindahan sesaat yang akan menggoyahkan tekadmu. Allah sengaja ciptakan itu sebagai ujian bagimu! Berbahagialah jika engkau menjadikan Allah sebagai tujuan akhirmu, puncak kerinduanmu. Jadilah dirimu sebagai orang-orang yang beruntung!

Untuk jiwa-jiwa yang merindukan kemenangan...
Untuk setiap diri yang mengaku shalih...
Untuk mereka yang mengajak kepada jalan yang lurus...
Untuk mereka yang saling menasehati dalam kebenaran
Untuk mereka yang senantiasa mengharap kebaikan...

Ketika jalan yang kalian tempuh begitu sukar...
Ketika amanah yang kalian emban begitu berat...
Ketika tanggung jawab yang kalian pikul terasa banyak..

Terkadang kalian lupa dengan azzam yang kalian tanam sebelumnya...

Kalian lalai dan terlena...
Kalian lalai membersihkannya...
Kalian lalai membidik dan mengontrolnya...
Kalian lalai memuhasabahinya...
Kalian lalai untuk meluruskannya....

Apakah dunia yang fana lebih kau cintai daripada kampung akhirat yang kekal abadi?

Duhai para pecinta Allah ta’ala...
Duhai yang meneladani Muhammad Rasulullah....
Duhai yang menjadikan al-Quran sebagai pedoman...
Duhai yang berjihad di jalannya dengan sebenar-benarnya jihad....
Duhai yang memburu syahid sebagai cita-cita tertingginya

Dakwah telah memanggilmu!
Umat menunggu pencerahan darimu!
Letih sudah mata ini menyaksikan kemaksiatan merajalela.
Lelah sudah kaki melangkah, karena setiap jengkal yang dipijak, bumi merasa terdzalimi oleh manusia-manusia tak beradab.
Lunglai tubuh ini ketika mendapati hukum-hukum Allah diganti dengan hukum-hukum makhluk yang hanya menebar kerusakan.
Perih hati ini ketika menemukan thaghut-thaghut bersarang di dalamnya
Menangis batin ini menyaksikan saudara-saudara...
Seiman...
Seislam...
Seakidah...
Saling caci...
Saling menyalahkan...
Saling bermusuhan

Lalu ke mana perginya ukhuwah?

Apakah ukhuwah hanya berlaku pada segolongan atau sekelompok umat yang bernaung dalam satu jamaah?

Wahai yang Mengaku Diri Aktivis Haroki...

Sudah benarkah aktivitas yang kalian jalani dalam menyeru manusia ke jalan Allah?
Serulah dirimu sebelum kau menyeru orang lain.
Sudahkah ghirah yang kau miliki kau poles dengan ilmu yang shahih?

Karena semangat saja belum cukup!
Teruslah thalabulilmi...

Sudah efektifkah syura-syura kalian?
Apa yang ada dalam syura hanya obrolan sia-sia yang mengundang tawa?
Senda gurau tak bermakna?
Tak ada lagi kesungguhan dan fokus menyelesaikan masalah?
Terlalu banyak basa-basi dan kata-kata tak berarti?
Bagaimana cara kalian merumuskan, mengatur strategi jitu, menyusun konsep, menetapkan target, men-SWOT, dan lain sebagainya, sudah syar’
ikah?
Sudahkah kalaian pantau terus niatmu agar tetap lurus di awal, di tengah, sampai ke penghujungnya?

Di sini niat dan tujuan harus selalu diluruskan.
Bukan demi keegoisan masing-masing individu atau jamaah, tapi demi tegaknya Dienullah.

Lalu, bagaimana kenyataannya di lapangan?
Teknis yang telah kalian usahakan bersama?
Apakah ada titik-titik noda di dalamnya?

Hijab yang semakin longgar...
Virus merah jambu yang semakin menyebar...
Ukhuwah yang kian memudar...
Barisan yang terpencar....

Atau mungkin sms-sms taujih yang menyebar di kalangan ikhwan dan akhwat yang kemudian mengotori hati-hati mereka?

Menodai niat tulus mereka?

Ada keterpukauan dari kata-katanya...
Ada rasa kagum pada ghirahnya...
Ada salut pada keteguhannya...
Ada simpatik pada ke-haroki-annya...
Ada sanjung dan pujian pada perhatiannya...

Benih-benih inilah yang akan tumbuh bersemi di hati dan mengefek pada amal sehari-hari.
Mungkin saja fenomena-fenomena itu yang mengurangi keberkahan dakwah sehingga Allah azza wa jalla belum mau menghadiahkan kemenangan itu pada kita!
Sebab di samping menyeru kepada kebenaran, tentara-tentara Allah itu juga menggandeng kemaksiatan, apapun bentuknya!

Akhi Wa Ukhti....

Di mana kalian berada saat saudara-saudara kalian di belahan bumi yang lain sedang megangkat senjata, menghadang tank-tank zionis, melempar bom dan batu kerikil di medan intifadhah?

Di mana kalian saat mereka berburu syahid?
Yang mereka pertaruhkan adalah nyawa, akhi! Nyawa, ukhti! Nyawa!

Jika darah tak mampu kalian alirkan, maka di mana saat saudara-saudara kalian sedang bermandi peluh menyiapkan kegiatan-kegiatan dakwah, acara-acara syiar Islam, daurah, bakti sosial, dan seabrek agenda-agenda dakwah yang lain?

Di mana kalian saat yang lain sedang membuat publikasi, mendesain dekorasi, menyediakan konsumsi, atau menyebar proposal, mencari dana ke sana ke mari?

Semua demi kelancaran acara. Demi syiar Islam! Agar dakwah terus menggaung di berbagai penjuru. Agar Islam tetap berdetak di jantung masyarakat.

Masyarakat yang kini telah hilang jati dirinya sebagai hamba Allah.
Masyarakat yang kini malu mengaku sebagai Muslim.
Masyarakat yang kini phobi dengan syariat Islam.
Ya, masyarakat itu kini ada di sekeliling kita. Mereka hadir di tengah-tengah kita. Mereka adalah objek dakwah kita!

Wahai yang masih memiliki hati tempat bersemayamnya iman, apakah ia tidak lagi bergetar kala ayat-ayat-Nya diperdengarkan?

Apakah ia tak lagi geram ketika melihat kemungkaran terjadi di hadapannya?

Wahai yang memiliki mata yang dengannya kalian bisa melihat indah dunia, apakah ia tak lagi menangis saat dikabarkan tentang azab, ancaman, dan siksaan?

Apakah ia tak lagi meneteskan cairan hangatnya ketika bangun di tengah malam dalam sujud-sujud panjang?

Apakah ia tak lagi mengalirkan butiran-butiran beningnya ketika melihat saudaranya yang seaqidah didzalimi, dirampas hak-haknya, dilecehkan dan di aniaya, bahkan dibunuh karena mempertahankan agamanya?

Ke mana kalian wahai aktivis dakwah?
Di mana kini kalian berada?
Sedang bersantai ria di kamar sambil mendengar nasyid kesukaan?
Terbuai di atas kasur dengan bantal empuk dan selimut tebal?
Bersenda gurau bersama kawan-kawan?
Membaca novel-novel picisan?
Atau…sedang melamun memikirkan sang pujaan?

Kepada kalian yang sedang menanti hadirnya belahan jiwa…

Masih perlukah romantisme di saat nasib umat sedang berada di ujung tombak?
Masih perlukah gejolak asmara tumbuh dan bersemi di jiwa?
Membuat otak sibuk memikirkannya...
Membuat setiap lisan tak henti menyebut namanya...
Membuat setiap hati tak tenang, resah, dan gelisah menunggu hadirnya...

Masih perlukah virus merah jambu menjangkiti rongga-rongga hatimu?
Melemahkan sendi-sendimu...
Menggoyahkan benteng pertahananmu...
Merapuhkan tekadmu...
Menenggelamkanmu dalam samudera cinta mengharu biru...

Masih perlukah semua perasaan itu kau pelihara, kau tanam, kau pupuk, kau siram, dan kau biarkan tumbuh subur dalam hatimu?

Wahai aktivis dakwah, sungguh perasaan itu fitrah! Engkau pun sering berdalih bahwa itu adalah anugerah. Sesuatu yang tak bisa dinafikan keberadaanya, tak bisa dielakkan kehadirannya.
Cinta memang datang tanpa diundang.
Cinta memang tak mampu untuk memilih, kepada siapa dia ingin hinggap dan bersemi. Dia bisa menghuni hati siapaun juga, tak terkecuali aktivis dakwah!
Sekali lagi, cinta itu fitrah!
Namun wahai ikhwah yang mewarisi tongkat estafet dakwah, bisa jadi perasaanmu itu menghalangimu untuk mengoptimalkan kerja dakwahmu.

Bisa jadi perasaanmu itu mengganggu aktivitas muliamu..
Bisa jadi perasaanmu itu mengusik hatimu untuk mundur dari jalan dakwah yang kau tempuh...
Bisa jadi perasaanmu itu membelenggumu dalam cinta semu...

Dan yang terparah, bisa jadi perasaanmu itu menggeser posisi Rabbmu dalam tangga cintamu.

Tanpa kau sadari!
Yang kau ingat hanya dia!
Yang terbayang adalah wajahnya!
Yang kau pikirkan kala dia menjadi partner dakwahmu seumur hidup, membangun pernikahan haroki, menemanimu membina keluarga dakwah dan menjadikannya abi atau ummi dari jundi-jundi rabbani
Ah, indahnya!

Yang ada di shalatmu, dia!
Yang ada di tilawahmu, dia!
Yang ada di bacaan ma’tsuratmu, dia!
Yang ada di benakmu, dia!
Yang ada di aktivitasmu, dia!

Hanya ada dia, dia, dia, dan dia!
Benarkah itu wahai saudaraku?

Mari kita jawab dengan serentak....na’udzubillahi min dzaalik!

Ke mana cinta Allah dan Rasul-Nya kau tempatkan?

Di mana dakwah dan jihad kau posisikan?
Astaghfirullahal adziim...

Dakwah hanya dimenangkan oleh jiwa-jiwa bermental baja, bertekad besi, berhati ikhlas. Orang-orang beriman yang mengatasi persoalan dengan ilmu yang shahih dan memberi teladan dengan amal.

Perjalanan panjang ini membutuhkan mujahid dan mujahidah perkasa.

Mereka yang mampu melihat rintangan sebagai tantangan.
Mereka yang mampu melihat harapan di balik ujian.
Mereka yang mampu menemukan peluang di sekeliling jebakan.

Kemana militansi yang kalian miliki?
Kemana ghirah membara yang kalian punya?

Pejuang sejati adalah mereka yang membelanjakan hartanya di jalan dakwah.
Pejuang sejati adalah mereka yang menjual dunianya untuk akhiratnya.
Pejuang sejati adalah mereka yang mengorbankan nyawanya demi jihad fisabilillah.
Pejuang sejati adalah mereka yang menggunakan seluruh waktu dan sisa umurnya untuk memeperjuangkan dan mengamalkan Islam.

Dakwah TIDAK BUTUH aktivis-aktivis MANJA!
Dakwah TIDAK BISA DIPIKUL oleh orang-orang CENGENG!
Dakwah TIDAK BISA DIJALANKAN  oleh orang-orang ber MENTAL-MENTAL CIUT!
Dakwah TIDAK BISA DIANGKAT oleh orang-orang yang LAMBAN!
Dakwah TIDAK BISA DIGERAKKAN oleh orang-orang yang berNYALI SETENGAH-SETENGAH!

Barisan dakwah harus disterilkan dari prajurit-prajurit yang memiliki sifat-sifat seperti di atas (manja, cengeng, mental ciut, nyali setengah-setengah, ragu-ragu, dan lamban bergerak). Sebab, keberadaan mereka hanya akan menularkan dan menyebarkan aroma kelemahan, kerapuhan, kepasrahan, dan kekalahan di tengah-tengah barisan.

Dakwah butuh pejuang-pejuang tangguh untuk mengusungnya.
Dakwah butuh orang-orang cerdas untuk memulainya. Dakwah butuh orang-orang ikhlas untuk memperjuangkannya.
Dakwah butuh orang-orang pemberani untuk memenangkannya!

Kalianlah orang-orang terpilih yang mengukir sejarah itu!

Disadur secara penuh dari:
http://nugie28.wordpress.com/2009/02/24/surat-cinta-untuk-antum/
dengan beberapa editan dan tambahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar