Selasa, 06 Mei 2014

Sandiwara dan Airmata



”Siapa saja yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberinya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka.”
(QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Segala puji bagi Allah, Illah yang memegang kunci-kunci misteri kehidupan. Dia-lah yang membuka dan menutup pintu ’Usro wa Yusro —pintu kesulitan dan kemudahan. Shalawat dan salam semoga senantiasa untuk pemimpin sejati dari umat yang sejati, Rasulullah Saw. Beliaulah pengemban risalah, dengan segala kesempurnaan hidup. Sehingga kita bisa merasakan manisnya Iman dan Islam. Kepada beliaulah kita ber-ittiba, mencontoh segala lika-liku kehidupan. Aku berlindung kepada-Mu Rabbi, dari sifat kufur dan fasiq yang bersarang di hatiku.

Saudaraku...
Sebelum jauh aku berbicara, tiba-tiba ingin mengatakan suatu hal tentang kekurangan dan kelebihan. Kekurangan menurutku adalah segala sesuatu yang ada pada diri ini. Sedang kelebihan adalah apa yang ada pada Allah Swt. Merupakan sesuatu hal yang benar, haq, apabila dikatakan manusia adalah hamba sedang Allah adalah raja—malikul mulk. Manusia adalah ’abid, sedang Allah adalah Illah. Rabb yang memiliki dzahrah –debu– kehidupan ini. Tidak ada pujian melainkan milik Allah. Tidak ada kelebihan pada diri manusia ataupun makhluk-Nya yang lain, melainkan Allah-lah yang telah meninggikan derajatnya.
Jika Allah Swt menghendaki kehinaan pada seseorang maka tak ada sesuatupun yang bisa memuliakannya, meskipun seluruh makhluk yang ada di bumi dan langit memuji dan memuliakannya. Sebaliknya, jika Allah menghendaki kemuliaan seseorang maka tak ada sesuatupun yang bisa menghinakannya. Subhanallah!
Saudaraku...
Seperti engkau ketahui kehidupan ini adalah sebuah sistem. Sistem yang begitu penuh dengan kompleksitas teka-teki. Sistem yang sebenarnya membuat kita harus berhati-hati dalam menentukan jalan hidup. Oleh karenanya telah ada contoh yang sempurna pada generasi para pendahulu yang berjiwa Rabbani, generasi salafuna shaleh ajma’in.
Saudaraku yang dimuliakan Allah...
Sistem terbaik yang ada dalam daur kehidupan di bawah cahaya matahari ini adalah sistem Islam. Sistem yang mengedepankan kesucian jiwa. Merupakan suatu hal yang benar jika dikatakan ketika kita masuk sistem berarti kita telah masuk sebuah arena atau medan. Karenanya untuk masuk dalam sebuah sistem butuh sebuah pengorbanan yang tiada henti. Pengorbanan itu haruslah didasari dengan ketulusan cinta. Cinta yang hanya dilandasi karena Allah semata. Sunnah ilahiyyah dalam perubahan pun membutuhkan pengorbanan, sebagaimana firman-Nya: ”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Saudaraku...
Berbicara tentang cinta sendiri membuat saya takut akan adzab-Nya yang pedih. Demi Allah yang maha membolak-balikan hati, hati ini terlalu lemah untuk berdiri sendiri. Sudah seharusnya kita mempertanyakan keputusan hati setiap saat, ketika akan memutuskan jalan keluar masalah. Bukankah sebaik-baik keputusan yang diambil adalah keputusan yang telah di serahkan segala sesuatunya pada Allah? Apakah setiap keputusan yang kita ambil telah disandarkan pada Allah sebagai qawi?
Saudaraku...
Terimakasih aku ucapkan. Atas segala kebaikan-kebaikanmu telah menutupi segala aib-aib yang ada pada diri ini. Aku tidak bisa membalasnya dengan sesuatu apapun. Semoga Allah memberikan kebaikan yang banyak padamu. Aku tak bisa membayangkan, seandainya Allah tidak melindungiku dari jalan ”fitnah” dan engkau bukan orang yang amanah, entah sudah bagaimana jalan ceritanya. Mungkin ini saja yang bisa kukatakan. Aku sendiri bingung hendak berkata-kata apa.
Saudaraku...
Mari kita renungkan firman Allah: ”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
”Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, dan janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakanmu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakanmu dalam (mentaati) Allah” (QS. Al-Luqman: 3)
Semoga Allah Swt menambah kemuliaan pada dirimu. Semoga Allah azzawajalla memasukkan kita menjadi hamba yang selalu kembali kepada-Nya. Hadirkanlah hati kami dalam kenikmatan dan kelezatan memuji nama-Mu.
Saudaraku...
Aku meminta maaf kepadamu dengan segala kesungguhan atas perbuatan dzalim yang telah aku lakukan. Kedzaliman yang dilakukan tak lebih karena kebodohan yang tak mampu mengendalikan jiwa dan nafsu ini sehingga terjerumus dan melangkah mengikuti langkah-langkah syetan yang keji.
Terakhir...
Sungguh, penyesalan ini tak sebanding dengan apa yang telah perbuatan keji yang telah aku lakukan. Semoga Allah memberi kelapangan dada pada jiwa ini yang telah dipenuhi syubhat tentang al-haq. Demikian juga padamu, semoga hidayah dan inayah-Nya senantiasa mengaliri urat-urat nadimu.
”Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan (Nya) itu yang lebih baik ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia kedalam neraka jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dzalim” (QS. At-Taubah: 109)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar