”Siapa saja yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan
memberinya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada
disangka-sangka.”
(QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Segala puji bagi Allah, Illah yang memegang kunci-kunci misteri kehidupan. Dia-lah
yang membuka dan menutup pintu ’Usro wa Yusro
—pintu kesulitan dan kemudahan. Shalawat dan salam semoga senantiasa untuk
pemimpin sejati dari umat yang sejati, Rasulullah Saw. Beliaulah pengemban risalah, dengan segala kesempurnaan hidup.
Sehingga kita bisa merasakan manisnya Iman dan Islam. Kepada beliaulah kita
ber-ittiba, mencontoh segala lika-liku
kehidupan. Aku berlindung kepada-Mu Rabbi,
dari sifat kufur dan fasiq yang bersarang di hatiku.
Saudaraku...
Sebelum jauh aku berbicara, tiba-tiba ingin mengatakan suatu hal tentang
kekurangan dan kelebihan. Kekurangan menurutku adalah segala sesuatu yang ada
pada diri ini. Sedang kelebihan adalah apa yang ada pada Allah Swt. Merupakan sesuatu hal yang benar,
haq, apabila dikatakan manusia adalah hamba sedang Allah adalah raja—malikul mulk. Manusia adalah ’abid, sedang Allah adalah Illah. Rabb yang memiliki dzahrah –debu– kehidupan ini. Tidak ada
pujian melainkan milik Allah. Tidak ada kelebihan pada diri manusia ataupun
makhluk-Nya yang lain, melainkan Allah-lah yang telah meninggikan derajatnya.
Jika Allah Swt menghendaki
kehinaan pada seseorang maka tak ada sesuatupun yang bisa memuliakannya,
meskipun seluruh makhluk yang ada di bumi dan langit memuji dan memuliakannya. Sebaliknya,
jika Allah menghendaki kemuliaan seseorang maka tak ada sesuatupun yang bisa
menghinakannya. Subhanallah!
Saudaraku...
Seperti engkau ketahui kehidupan ini adalah sebuah sistem. Sistem yang begitu
penuh dengan kompleksitas teka-teki. Sistem yang sebenarnya membuat kita harus
berhati-hati dalam menentukan jalan hidup. Oleh karenanya telah ada contoh yang
sempurna pada generasi para pendahulu yang berjiwa Rabbani, generasi salafuna shaleh ajma’in.
Saudaraku yang dimuliakan Allah...
Sistem terbaik yang ada dalam daur kehidupan di bawah cahaya matahari ini
adalah sistem Islam. Sistem yang mengedepankan kesucian jiwa. Merupakan suatu
hal yang benar jika dikatakan ketika kita masuk sistem berarti kita telah masuk
sebuah arena atau medan. Karenanya untuk masuk dalam sebuah sistem butuh sebuah
pengorbanan yang tiada henti. Pengorbanan itu haruslah didasari dengan
ketulusan cinta. Cinta yang hanya dilandasi karena Allah semata. Sunnah
ilahiyyah dalam perubahan pun membutuhkan pengorbanan, sebagaimana firman-Nya: ”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Saudaraku...
Berbicara tentang cinta sendiri membuat saya takut akan adzab-Nya yang
pedih. Demi Allah yang maha membolak-balikan hati, hati ini terlalu lemah untuk
berdiri sendiri. Sudah seharusnya kita mempertanyakan keputusan hati setiap
saat, ketika akan memutuskan jalan keluar masalah. Bukankah sebaik-baik keputusan
yang diambil adalah keputusan yang telah di serahkan segala sesuatunya pada
Allah? Apakah setiap keputusan yang kita ambil telah disandarkan pada Allah
sebagai qawi?
Saudaraku...
Terimakasih aku ucapkan. Atas segala kebaikan-kebaikanmu telah menutupi segala
aib-aib yang ada pada diri ini. Aku tidak bisa membalasnya dengan sesuatu
apapun. Semoga Allah memberikan kebaikan yang banyak padamu. Aku tak bisa
membayangkan, seandainya Allah tidak melindungiku dari jalan ”fitnah” dan
engkau bukan orang yang amanah, entah sudah bagaimana jalan ceritanya. Mungkin
ini saja yang bisa kukatakan. Aku sendiri bingung hendak berkata-kata apa.
Saudaraku...
Mari kita renungkan firman Allah: ”Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
”Hai manusia,
sesungguhnya janji Allah adalah benar, dan janganlah sekali-kali kehidupan
dunia memperdayakanmu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakanmu dalam
(mentaati) Allah” (QS. Al-Luqman: 3)
Semoga Allah Swt menambah
kemuliaan pada dirimu. Semoga Allah azzawajalla
memasukkan kita menjadi hamba yang selalu kembali kepada-Nya. Hadirkanlah hati
kami dalam kenikmatan dan kelezatan memuji nama-Mu.
Saudaraku...
Aku meminta maaf kepadamu dengan segala kesungguhan atas perbuatan dzalim
yang telah aku lakukan. Kedzaliman yang dilakukan tak lebih karena kebodohan
yang tak mampu mengendalikan jiwa dan nafsu ini sehingga terjerumus dan
melangkah mengikuti langkah-langkah syetan yang keji.
Terakhir...
Sungguh, penyesalan ini tak sebanding dengan apa yang telah perbuatan keji
yang telah aku lakukan. Semoga Allah memberi kelapangan dada pada jiwa ini yang
telah dipenuhi syubhat tentang al-haq. Demikian juga padamu, semoga
hidayah dan inayah-Nya senantiasa mengaliri urat-urat nadimu.
”Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di
atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan (Nya) itu yang lebih baik ataukah
orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu
bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia kedalam neraka jahannam? Dan
Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang dzalim” (QS. At-Taubah: 109)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar